Penulis : Arif Surakhman
Sigerpos | Metro β APBD Kota Metro tahun 2025 mencapai Rp1,089 triliun, meningkat Rp118 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini sebagian besar bersumber dari tambahan transfer pusat sebesar Rp43 miliar sebagai kompensasi pencapaian target program pemerintah pusat yang berhasil direalisasikan oleh Wali Kota sebelumnya. Selain itu, terdapat peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp380 miliar.
Tahukah Anda berapa kontribusi PAD dari BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) sektor kesehatan, seperti rumah sakit daerah dan puskesmas? Hampir Rp300 miliar! Artinya, program pengadaan alat kesehatan dan penambahan tenaga dokter yang diinisiasi Wali Kota sebelumnya berhasil menjadi tulang punggung PAD melalui peningkatan kunjungan pasien dari luar daerah. Wajar saja, mengingat Wali Kota sebelumnya memang memahami potensi besar sektor kesehatan sebagai sumber PAD.
Kini, lima tahun setelah konsep perang modern dengan drone muncul di konflik Nagorno-Karabakh, Kota Metro menyambut Wali Kota baru dengan gagasan mengembangkan potensi pendidikan melalui kampus agama Islam bernama Unisla (Universitas Islam Lampung).
Unisla melakukan gebrakan yang pernah dilakukan Maroko 1.164 tahun silam. Jika pada tahun 859 M berdiri Universitas Al Quaraouiyine, di tahun 2024 ini Unisla lahir di Kota Metro. Kampus ini menawarkan berbagai program studi berbasis Islam, seperti Ekonomi Syariah, Hukum Keluarga Islam, dan Pendidikan Islam.
Perlu dicatat, Unisla dikelola yayasan berbasis ormas, bukan pemerintah daerah, meskipun menggunakan lahan milik Pemkot Metro. Meski jurusannya mungkin berlawanan dengan semangat modernisasi dan teknologi, kampus ini berpotensi menarik ribuan mahasiswa yang pada akhirnya turut mendongkrak PAD melalui pertumbuhan UMKM, penjualan produk inovasi kampus, atau peluang lain di tengah tantangan resesi.
PAD memang nafas pembangunan. Namun, terlepas dari capaian PAD, hingga Juli ini, perbaikan fasilitas jalan umum yang dianggarkan lebih dari Rp1 triliun dalam APBD belum terlihat nyata. Jauh panggang dari api.
Dalam 100 hari pertama kerjanya, Wali Kota baru hanya melakukan perbaikan terbatas pada rumah dinas Wali Kota/Wakil Wali Kota dan beberapa ruas jalan utama dengan perubahan tidak signifikan. Sementara itu, Rp15 miliar telah dihabiskan untuk kegiatan seremonial.
Lantas, di manakah wujud “perubahan” yang selalu digaungkan itu?