Oleh : Abid Bisara
Segerpos|Di awal masa jabatannya, mereka bersuara lantang, menjanjikan perubahan, kemakmuran, dan keadilan. Rakyat berharap, percaya, dan memberi mandat. Namun, seiring waktu, janji-janji itu menguap bagai kabut pagi tinggallah kekecewaan dan kebohongan yang terus dipupuk.
Inilah wajah pemimpin yang ingkar janji, yang tidak hanya gagal memenuhi janjinya, tetapi juga tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkannya sejak awal.
Janji Kosong, Rakyat Dikhianati selalu terjadi, setiap kampanye politik adalah panggung retorika. Mulut mereka fasih berkoar tentang “revolusi ekonomi,” “pemberantasan korupsi,” “Perubahan,” “Infrastuktur layak,” atau “pemerataan pendidikan.” Namun, ketika kekuasaan sudah digenggam, semua itu berubah menjadi sekadar slogan tanpa tindakan.
Yang lebih parah, ketika dituntut pertanggungjawaban, mereka justru menyalahkan pihak lain: “Kondisi global sulit,” “Warisan pemerintah sebelumnya buruk,” atau “Ada kelompok yang menghalangi.” Alasan-alasan itu hanya bukti bahwa mereka tidak pernah serius dengan janjinya, atau lebih buruk lagi, tidak punya kapasitas untuk mewujudkannya.
Tidak Mampu, tapi Sok Kuasa, Masalahnya bukan sekadar ingkar janji, melainkan juga ketidakmampuan yang disamarkan dengan pencitraan. Mereka mungkin pandai berbicara, menguasai panggung, dan memanipulasi narasi, tetapi ketika diuji dalam tindakan nyata, kebobrokan mereka terbuka lebar.
Kebijakan asal-asalan, janji proyek pembangunan yang tidak berjalan, dan pemborosan anggaran adalah bukti bahwa mereka sebenarnya tidak kompeten. Sayangnya, rakyat yang sudah terlanjur percaya harus menanggung akibatnya: ekonomi stagnan, layanan publik berantakan, dan ketidakadilan semakin merajalela.
Kepemimpinan Sejati Bukan Tentar Kata-Kata, Tapi Bukti Nyata. Pemimpin yang baik tidak perlu menjanjikan langit dan bumi jika ia tahu dirinya tidak sanggup. Lebih baik sedikit bicara, banyak bekerja, daripada banyak berjanji tetapi tidak ada realisasi. Rakyat tidak butuh pemimpin yang pandai beretorika, melainkan pemimpin yang berintegritas, punya visi jelas, dan mampu menggerakkan perubahan.
Jika seorang pemimpin sudah terbukti ingkar janji dan tidak mampu, tidak ada alasan untuk memberinya kesempatan lagi. Kekuasaan adalah amanah, bukan hak dan ketika amanah itu dikhianati, rakyat berhak menuntut pertanggungjawaban.
Jangan biarkan ketidakmampuan dan kebohongan terus merajalela, karena bangsa ini layak dipimpin oleh orang-orang yang tidak hanya pandai berjanji, tetapi juga mampu mewujudkannya.
Kita butuh pemimpin yang bekerja, bukan bicara. Yang memenuhi janji, bukan mengingkari. Yang mampu, bukan sekadar sok kuasa, terlebih hanya menjadi boneka.